Dash 7 : another turboprop yang terlupakan di Indonesia

Pesawat bermesin Turboprop telah menjadi backbone untuk maskapai-maskapai di Indonesia. Hampir semua maskapai di Indonesia mengoperasikan Pesawat turboprop. Garuda Group, Lion Group, Sriwijaya Group, dll mempunyai pesawat turboprop untuk rute penerbangan perintis. Pesawat pabrikan ATR merupakan pesawat yang paling laris di Indonesia, disusul CN-235 yang operatornya di dominasi oleh TNI. Pesawat ini memiliki kemampuan STOL (Short Takeoff-Landing) yang cocok untuk bandara yang mayoritas panjang landasannya tidak begitu panjang di Indonesia. Ketahanan pesawat pun menjadi faktor yang penting, karena pada penerbangan perintis mayoritas melewati cuaca yang tidak terprediksi dan landing di bandara yang tidak sebagus bandara di Kota. Maka dari itu, Pesawat Turboprop banyak dipakai di Indonesia.

Tapi, ada satu pesawat Turboprop yang unik. Pernah dioperasikan oleh salah satu maskapai di Indonesia. Pelita Air adalah operator jenis pesawat yang unik itu, pesawat itu adalah Dash 7 atau De Havilland Canada DHC7. Pesawat ini memiliki fuselage yang kecil tetapi memiliki empat mesin. Ya, empat mesin, tapi Hercules juga punya empat mesin. Tetapi untuk Dash 7, empat mesin ini terlihat unik dan gagah.

Dash 7 ditenagai oleh mesin Pratt and Whitney PT6A yang berjumlah empat. Performa pesawat ini max cruising speed nya yaitu 230 knots. Jarak jelajah pesawat ini yaitu 4670 km dengan full tank. Kemampuan STOL pesawat ini adalah sekitar 915m dengan payload tertentu. Pesawat ini diproduksi dari tahun 1977 sampai tahun 1988. Pesawat ini diterbangkan oleh 2 pilot, tidak membutuhkan FE. Kapasitas penumpang pesawat ini adalah 50 orang. Pesawat ini memilki teknologi manufaktur wing yang sangat tangguh pada masa itu. Pesawat ini memiliki keunggulan yaitu tenaga lift yang besar karena airflow sayapnya.

Pesawat ini digunakan oleh Pelita Air untuk mengangkut pegawai Pupuk Kaltim di Kalimantan. Rute yang dilayani nya yaitu Balikpapan-Bontang-Balikpapan. Perjalanan ini memakan waktu 3 jam. Pelita mengoperasikan empat Dash 7, PK-PKT, PK-PSW, PK-PSX dan PK-PSY. Selain digunakan untuk Pupuk Kaltim, pesawat ini juga digunakan untuk melayani penerbangan charter. Pesawat ini pernah di charter oleh UNHAS untuk melayani penerbangan di Sumatra dan Aceh. Pesawat ini memiliki kandang di Bandara Pondok Cabe.

Di sekitar tahun 2013 pesawat ini dipensiunkan dari Operasional, digantikan oleh ATR 42 yang lebih canggih dan modern. Pesawat ini akhirnya di stored di Bandara Pondok Cabe dan akhirnya di tahun 2016, pesawat ini dilelang dengan kondisi seadanya bersama pesawat-pesawat milik Pelita yang lain. PK-PKT merupakan Dash 7 yang terakhir beroperasi dengan Pelita Air.


                                                                          PK-PKT



                                                                          PK-PSW


                                                                         PK-PSX


                                                                         PK-PSY


                                                 PK-PSX saat menjalani dinas bersama UN



PK-PSY dan PK-PSX mungkin dipensiunkan dini untuk spare parts.

Segitu saja pembahasan tentang Dash 7 di Indonesia. Terima Kasih

credit photo :
https://pesawatair.wordpress.com/2013/06/02/158/
https://twitter.com/arieparikesit/status/1064518520170397696
https://www.flickr.com/photos/andyv_aviation/8926323124
https://www.planespotters.net/
https://www.jetphotos.com/

Comments

Popular posts from this blog

Jejak Garuda Indonesia di Amerika Serikat.

Maskapai Asal Amerika Serikat yang Pernah Beroperasi di Indonesia.

Antonov An-225 "Mriya"