Dunia Penerbangan dan COVID-19
Kita tahu Virus Corona yang belakangan ini sedang menyerang manusia, merupakan pandemi yang sangat parah. 250 ribu kasus di seluruh dunia merupakan salah satu kasus pandemi virus yang sangat parah di sepanjang masa.
Peran Maskapai Penerbangan pun pada awalnya digunakan untuk rescue flight para penduduk negaranya dari Wuhan. Indonesia sudah melakukan hal itu, dengan menggunakan Airbus A330-300 Batik Air, Boeing 737 TNI AU dan Hercules TNI AU. Amerika, Korea Selatan, Turki, Jerman, India dan negara-negara lain sudah mengerahkan rescue flight ke Wuhan untuk menjemput Warga negaranya.
Tetapi penyebaran virus mulai mengganas, dengan waktu 2 Bulan sudah banyak negara yang mengalami pandemi Virus Corona. Semakin bertambahnya kasus di negara tersebut, maka negara akan mengambil keputusan untuk mengurangi pendatang dari negara lain untuk berkunjung ke negaranya demi mencegah penularan virus. Jalur Darat, Laut dan Udara pun terpaksa dikurangi frekuensi nya dan bahkan ada yang ditutup secara total dari ketiga akses tersebut.
Disini saya akan membahas bagaimana transportasi udara menghadapi wabah COVID-19.
Oke kita mulai dari kebijakan Otoritas Penerbangan China untuk menutup akses penerbangan Internasional dari dan ke Mainland China. Kebijakan ini membuat Maskapai-maskapai Amerika Serikat seperti United Airlines, American Airlines dan Delta Airlines menghentikan sementara penerbangan mereka ke China. Air Canada pun melakukan hal yang sama kemudian. Penerbangan domestik di China pun mulai menurun, banyak maskapai China memutuskan untuk meng-grounded pesawatnya. Penerbangan Internasional maskapai China pun mulai perlahan berkurang frekuensi nya.
Pada pertengahan Maret, Presiden AS, Donald Trump, mengumumkan bahwa akan menutup perjalanan udara bagi negara anggota Uni Eropa ke Amerika Serikat. Tentu hal ini sangat merugikan maskapai penerbangan Uni Eropa. Lufthansa, Austrian Airlines, SAS, dll mengumumkan bahwa mereka akan memotong flight frequency dengan angka yang sangat besar. Hal ini berdampak pada pendapatan maskapai tersebut. Lufthansa sudah mulai meng-groundedkan beberapa pesawatnya. Austrian Airlines telah menghentikan sementara semua operasinya.
Cathay Pacific, maskapai asal HongKong ini pun sampai menjual 6 Boeing 777 nya untuk mendapatkan dana demi membayar karyawan, leasing, dll. Maskapai ini juga meng-grounded pesawatnya dengan jumlah yang sangat banyak. Lebih dari 50% dari total pesawatnya grounded di Bandara Hongkong.
Di Amerika Latin, Kepolisian Bandara Guayaquil, Ecuador melakukan suatu tindakan yang sangat ekstrim yaitu dengan memblokade landansan untuk mencegah Pesawat Iberia Landing di negaranya. Spanyol juga mengalami kasus COVID-19 yang sangat parah.
Sekarang yang masih beroperasi dengan normal adalah penerbangan kargo. Penerbangan kargo tetap melakukan penerbangan secara normal dibawah ancaman COVID-19. American Airlines pun menggunakan Boeing 777-300ER nya untuk melayani penerbangan Cargo. Cathay Pacific menggunakan Airbus A330-300 untuk melayani penerbangan Cargo. Saat ini dukungan logisitk sangatlah penting untuk mencegah penularan Penyakit COVID-19.
Bagaimana dengan Indonesia? Sejauh yang saya amati Indonesia sudah mulai melakukan sterilisasi di Bandara dan Pesawat. Penerbangan Umrah pun ditunda oleh Arab Saudi demi mencegah penyebaran, sehingga penerbangan Garuda, Citilink dan Lion Air ke Arab Saudi ditunda untuk sementara waktu. Penerbangan domestik pun sepi, teman saya yang hendak ke Jogjakarta pun dipindah penerbangannya karena tidak ada penumpang sama sekali. Sedangkan penerbangan internasional selain Umrah, penerbangan ke China pun ditutup tetapi penerbangan ke Australia tetap ada, sampai saat ini Garuda masih melayani penerbangan ke Australia. Para penumpang pesawat pun diminta melakukan pencegahan seperti mengenakan masker dan mencuci tangan setelah maupun akan naik pesawat.
Semoga pandemi COVID-19 segera berhenti, agar umat manusia di Bumi ini dapat melakukan aktivitasnya kembali. Penerbangan pun harus pulih lagi agar mobilitas tetap berjalan sesuai jadwal dan kebutuhan. Stay Safe.
Peran Maskapai Penerbangan pun pada awalnya digunakan untuk rescue flight para penduduk negaranya dari Wuhan. Indonesia sudah melakukan hal itu, dengan menggunakan Airbus A330-300 Batik Air, Boeing 737 TNI AU dan Hercules TNI AU. Amerika, Korea Selatan, Turki, Jerman, India dan negara-negara lain sudah mengerahkan rescue flight ke Wuhan untuk menjemput Warga negaranya.
Tetapi penyebaran virus mulai mengganas, dengan waktu 2 Bulan sudah banyak negara yang mengalami pandemi Virus Corona. Semakin bertambahnya kasus di negara tersebut, maka negara akan mengambil keputusan untuk mengurangi pendatang dari negara lain untuk berkunjung ke negaranya demi mencegah penularan virus. Jalur Darat, Laut dan Udara pun terpaksa dikurangi frekuensi nya dan bahkan ada yang ditutup secara total dari ketiga akses tersebut.
Disini saya akan membahas bagaimana transportasi udara menghadapi wabah COVID-19.
Oke kita mulai dari kebijakan Otoritas Penerbangan China untuk menutup akses penerbangan Internasional dari dan ke Mainland China. Kebijakan ini membuat Maskapai-maskapai Amerika Serikat seperti United Airlines, American Airlines dan Delta Airlines menghentikan sementara penerbangan mereka ke China. Air Canada pun melakukan hal yang sama kemudian. Penerbangan domestik di China pun mulai menurun, banyak maskapai China memutuskan untuk meng-grounded pesawatnya. Penerbangan Internasional maskapai China pun mulai perlahan berkurang frekuensi nya.
Pada pertengahan Maret, Presiden AS, Donald Trump, mengumumkan bahwa akan menutup perjalanan udara bagi negara anggota Uni Eropa ke Amerika Serikat. Tentu hal ini sangat merugikan maskapai penerbangan Uni Eropa. Lufthansa, Austrian Airlines, SAS, dll mengumumkan bahwa mereka akan memotong flight frequency dengan angka yang sangat besar. Hal ini berdampak pada pendapatan maskapai tersebut. Lufthansa sudah mulai meng-groundedkan beberapa pesawatnya. Austrian Airlines telah menghentikan sementara semua operasinya.
Cathay Pacific, maskapai asal HongKong ini pun sampai menjual 6 Boeing 777 nya untuk mendapatkan dana demi membayar karyawan, leasing, dll. Maskapai ini juga meng-grounded pesawatnya dengan jumlah yang sangat banyak. Lebih dari 50% dari total pesawatnya grounded di Bandara Hongkong.
Di Amerika Latin, Kepolisian Bandara Guayaquil, Ecuador melakukan suatu tindakan yang sangat ekstrim yaitu dengan memblokade landansan untuk mencegah Pesawat Iberia Landing di negaranya. Spanyol juga mengalami kasus COVID-19 yang sangat parah.
Sekarang yang masih beroperasi dengan normal adalah penerbangan kargo. Penerbangan kargo tetap melakukan penerbangan secara normal dibawah ancaman COVID-19. American Airlines pun menggunakan Boeing 777-300ER nya untuk melayani penerbangan Cargo. Cathay Pacific menggunakan Airbus A330-300 untuk melayani penerbangan Cargo. Saat ini dukungan logisitk sangatlah penting untuk mencegah penularan Penyakit COVID-19.
Bagaimana dengan Indonesia? Sejauh yang saya amati Indonesia sudah mulai melakukan sterilisasi di Bandara dan Pesawat. Penerbangan Umrah pun ditunda oleh Arab Saudi demi mencegah penyebaran, sehingga penerbangan Garuda, Citilink dan Lion Air ke Arab Saudi ditunda untuk sementara waktu. Penerbangan domestik pun sepi, teman saya yang hendak ke Jogjakarta pun dipindah penerbangannya karena tidak ada penumpang sama sekali. Sedangkan penerbangan internasional selain Umrah, penerbangan ke China pun ditutup tetapi penerbangan ke Australia tetap ada, sampai saat ini Garuda masih melayani penerbangan ke Australia. Para penumpang pesawat pun diminta melakukan pencegahan seperti mengenakan masker dan mencuci tangan setelah maupun akan naik pesawat.
Semoga pandemi COVID-19 segera berhenti, agar umat manusia di Bumi ini dapat melakukan aktivitasnya kembali. Penerbangan pun harus pulih lagi agar mobilitas tetap berjalan sesuai jadwal dan kebutuhan. Stay Safe.
Comments
Post a Comment