Passenger to Freighter "P2F"

Bisnis kargo udara merupakan bisnis yang sangat menjanjikan jika dikelola denga baik dan benar. Bisnis kargo udara merupakan media pengiriman barang paling cepat dan aman. Ketimbang dengan pengiriman menggunakan kapal yang memakan waktu sangat lama. Belakangan ini bisnis kargo udara semakin banyak, terutama di China. Bisnis kargo udara di Indonesia pun sangat menjanjikan, banyak daerah-daerah terpencil yang hanya bisa dijangkau oleh pesawat. Maka dari itu bisnis kargo udara di Indonesia sangat populer terutama di bagian timur Indonesia.

Untuk memulai bisnis kargo udara pasti butuh pesawat yang khusus untuk mengangkut barang atau pesawat cargo. Sebenernya bisa sih menggunakan pesawat penumpang, tetapi dengan pesawat cargo, kapasitas volume cargo yang diangkut bisa lebih banyak sehingga lebih efisien. Pesawat cargo juga tidak membutuhkan crew yang banyak, jadi operasional crew nya bisa lebih murah. Tapi, jumlah pesawat cargo sekarang masih kalah banyak dengan jumlah pesawat penumpang. Hal ini membuat maskapai cargo untuk melakukan suatu program modifikasi dengan partner manufaktur yang disebut dengan "Passenger to Freighter".



Modifikasi dimulai di Amerika pada tahun 1919, dimana pesawat Handley-Page Bomber dimodifikasi oleh American Railway Express untuk mengangkut cargo dari Chicago ke Washington seberat 1100 pon. Tetapi hal ini masih kurang efisien pada saat itu, hingga saat Perang Dunia 2 berakhir, banyak pesawat bekas militer seperti DC-3/C-47, DC-4/C-54 yang dijual di pasaran. Pesawat bekas tersebut diubah menjadi pesawat kargo. Saat Lockheed Constellation dan DC-6 diperkenalkan, banyak dari pesawat tersebut yang diubah ke pesawat cargo. 


Handley-Page Bomber


DC-3 


Lockheed Constellation 


Selang berjalan waktu, converted freighter mulai populer, Lockheed L-188 dan Convair 580 menjadi pesawat converted freighter yang populer. Dunia penerbangan semakin berkembang, makin banyak pesawat Converted Freighter yang baru seperti Fokker-27, Fokker-50, Saab 340, ATR 72/42, Cessna 208, BAe ATP dan Dash 8. Lalu pesawat jet pun ada juga yang diubah ke cargo, seperti Airbus A321, Airbus A310/300, Airbus A330-200/300, Boeing 727, Boeing 737-200/Classic/NG, Boeing 747-100/200/300/400, Boeing 757-200, Boeing 767-200/300, McDonnell Douglas MD-80, McDonnell Douglas DC-10, McDonnell Douglas DC-8, McDonnell Douglas MD-11, Tupolev 204 dan Bombardier CRJ.


BAe ATP


ATR 72 


Airbus A330-300 (P2F)


Airbus A300-600R(F)


Boeing 737-800 (BCF)


Boeing 757-200 (PCF)


Boeing 747-200 (SF)


Boeing 767-300ER (BCF)


MD-80 (SF)


MD-11 (F)

Saat pesawat sudah sampai "waktunya" untuk berhenti beroperasi, kemungkinan yang terjadi adalah discrap menjadi besi tua atau diubah ke fungsi yang lain. Mengubah pesawat penumpang ke pesawat kargo merupakan satu langkah untuk menambah nilai ekonomis suatu pesawat. Pesawat P2F juga memberikan keuntungan finansial yang sama dengan pesawat kargo. Hampir 90% pesawat cargo narrowbody merupakan hasil dari program P2F, Sedangkan untuk pesawat widebody, perbandingan nya 50:50, seimbang antara pesawat kargo asli dari manufaktur dan pesawat kargo yang merupakan hasil dari program P2F. Kebanyakan Pesawat diubah ke bentuk Full Freighter, tetapi ada juga yang diubah dalam konfigurasi Combi dan QC (Quick Change). Combi adalah konfigurasi dimana kabin penumpang dan cargo berada di main deck. Quick Change adalah konfigurasi pesawat dimana kursi pesawat dengan mudah dapat dilepas saat hendak untuk melakukan penerbangan cargo, dan bisa dipasang dengan lagi jika hendak ingin mengangkut penumpang.

Pesawat Cargo yang diproduksi langsung oleh manufaktur biasanya diberi "gelar" F dibelakangnya, contoh Boeing 747-400F. Pesawat Cargo P2F biasanya diberi "gelar" SF dibelakangnya, seperti Boeing 757-200SF. Terdapat 3 Manufaktur besar yang mempunyai trademark "gelar" untuk pesawat yang telah melakukan program P2F, yaitu:

BCF : Boeing Converted Freighter
BDSF : Bedek Special Freighter
PCF: Precision Conversion Freighter

Apa yang diubah saat pesawat menjalani program P2F? Simak penjelasan berikut ini!

Pertama, pesawat akan diubah tugas nya dari yang sebelumnya mengangkut penumpang menjadi mengangkut kargo. Kedua pesawat akan mengalami major structural change. Ketiga pesawat akan dilengkapi dengan peralatan baru untuk menunjang pengangkutan kargo. Terakhir, pesawat melakukan test flight dan sertifikasi.

Major Structural Change meliputi:

1. Semua aksesoris kabin dicopot, mulai dari kursi, galley, overhead bins, toilets, carpet, IFE, Oxygen, Ceiling Atas dan Samping.
2. Menutup permanen beberapa pintu penumpang yang lama.
3. Mengganti floor structure pesawat dengan structure yang lebih kuat untuk menopang bobot kargo.
4. Memasang MDCD (Main Deck Cargo Door), dengan memperkuat struktur sekitar nya supaya lebih kuat menahan MDCD. Biasanya MDCD dipasang dibagian kiri pesawat. 
5. Memasang instalasi Elektrik atau Hidraulik untuk MDCD agar bisa dioperasikan.
6. Memasang rigid barrier/Net untuk memisahkan antara kompartemen crew dan kargo.
7. Membuat tempat istirahat crew.
8. Memasang lantai cargo, ceiling cargo, pencahayaan dan sistem sirkulasi.
9. Memasang sistem smoke detector yang bisa bekerja cepat.
10. Memasang powered/non-powered CLS untuk mempermudah proses loading dan unloading container cargo.
11. Modifikasi di kokpit dan bagian avionik.
12. Memasang window plug.



Structural Reinforcement.



Pemasangan MDCD


Pemasangan Instalasi Elektrik/Hidraulik MDCD


Pesawat yang sudah melewati semua tahap Major Structural Change dan sedang menjalani test flight.


Walau program P2F ini menjanjikan, tapi beberapa manufaktur menempatkan pertimbangan untuk melakukan P2F seperti:

1. Umur Pesawat
2. Volume dan Payload.
3. Kondisi Fuselage Pesawat yang masih kuat.
4. Kondisi mesin pesawat yang masih layak .
5. Berat/CG.
6. Kesamaan model pesawat (model pesawat yang akan menjalani program P2F masih banyak di dunia).
7. Ada versi pesawat Cargo asli dari manufaktur.
8. Kondisi Hidraulik dan Electrical yang bagus.
9. Range dan Performance.
10. Siklus terbang pesawat.


Setelah kita mengetahui semua hal itu, sekarang kita ingin tau dimana sih kita bisa melakukan program P2F? Ada berbagai manufaktur di dunia yang sudah memiliki sertifikasi untuk beberapa tipe pesawat. Berikut daftarnya:

1. Airbus berpartner dengan EFW (Elbe Flugzeugwerke) dalam pengembangan pesawat kargo, manufaktur ini berlokasi di Dresden, Jerman. EFW melakukan program P2F untuk tipe Airbus A300-600R, A310, A321, A330-300/200. Belakangan ini EFW berpartner dengan ST Aerospace. Pengembangan terbaru mereka adalah Airbus A321P2F.


2. Boeing berpartner dengan ST Aerospace dan IAI dalam melakukan program P2F untuk tipe Boeing 757-200. Aeronavali dan ST Aerospace untuk tipe DC-10/MD-11. TAECO, KAL Engineering dan SIA Engineering untuk tipe Boeing 747-400BCF. ST Aerospace untuk tipe Boeing 767-300BCF.

Masih banyak lagi manufaktur  yang melakukan program P2F seperti:

1.) AEI (737-300/-400/-800, MD-80, CRJ)
2.) Aeronavali (MD-10 dan MD-11)
3.) IAI (BDSF 747-400, 767-200/-300, 737-300/-400/-700)
4.) Precision (PCF 757-200)
5.) ST Aero (757-200, 767-300, MD-11, DC-10)
6.) TAECO (747-400, 737-300/-400)
7.) PACAVI (A320/A321)

Boeing 747-400BCF Pertama, dilakukan oleh TAECO.


P2F untuk MD-10 dan MD-11 yang dilakukan oleh Aeronavali

Setelah kita mengetahui lokasi untuk melakukan program P2F, kita harus mengetahui dulu berapa biaya untuk melakukan program ini, berikut harganya:

Small Aircraft 10-12 Juta Dollar AS
Medium Narrowbody 15-20 Juta Dollar AS
Medium Widebody 20-30 Juta Dollar AS
Large Aircraft 55-65 Juta Dollar AS 

(Harga pesawat cargo baru dari pabrikan berkisar diatas 70 Juta Dollar AS dan untuk yang Widebody bisa mencapai 150 Juta Dollar AS).


Setelah kita mengetahui biaya untuk program P2F, kita bisa melihat deretan pesawat yang populer dalam program P2F:

1. Airbus A300. Pesawat ini kurang populer menjadi pesawat penumpang tapi sangat sukses menjadi pesawat kargo. Sebanyak 74 Airbus A300 menjalani program P2F. Operator terbanyak untuk Airbus A300 P2F Adalah European Air Transport dan FedEx.

2. Boeing 737. Pesawat ini sangat populer sebagai pengangkut penumpang tetapi belakangan ini banyak yang menjalani program P2F. Boeing 737 cocok untuk mengangkut kargo dengan kapasitas yang tidak terlalu banyak dan dapat dioperasikan ke bandara kecil. Di Indonesia sendiri, Boeing 737 sangat populer digunakan untuk kargo. My Indo, Tri-MG, Trigana, Deraya, dan Jayawijaya Dirgantara merupakan operator 737 cargo.

3. Boeing 747-400. Pesawat ini merupakan pesawat kargo paling favorit, dengan volume dan payload yang besar dapat mengangkut kargo dalam jumlah banyak. Range dan Performance pesawat ini juga tidak kalah, pesawat bisa terbang sejauh 8000km dengan payload penuh. Sejauh ini, 79 747-400 sudah diubah menjadi pesawat kargo. 


Oke, cukup sekian penjelasan tentang Passenger to Freighter program. Terima kasih.


Reference



Comments

Popular posts from this blog

Jejak Garuda Indonesia di Amerika Serikat.

Maskapai Asal Amerika Serikat yang Pernah Beroperasi di Indonesia.

Antonov An-225 "Mriya"